Translate

Powered By Blogger

Kamis, 17 November 2016

PERAN WANITA DALAM RUMAH TANGGA


Wanita adalah makhluk ciptaan Allah yang dikirimkan oleh Allah untuk melengkapi kaum lelaki. Ia diciptakan dari tulang rusuk yang sangat bengkok, jika di luruskan ia akan patah dan jika dibiarkan ia akan tetap bengkok begitulah perumpaan bagi mereka.
Di dalam islam  wanita muslimah memiliki kedudukan yang sangat tinggi dan pengaruh yang besar dalam kehidupan setiap muslim. dari tangan-tangan wanita lah lahirnya pemimpin-pemimpin yang sukses dan generasi-generasi yang gemilang, maka dari itu tidak mengherankan jika ada yang mengatakan bahwa wanita adalah tiang negara. Baik dan buruknya suatu bangsa tergantung bagaimana kualitas wanita di dalam rumah tangga suatu bangsa.
Namun fenemona yang kita hadapi saat ini sungguh memperhatinkan, wanita pada zaman ini seolah kehilangan martabat dan harga dirinya akibat kemajuan zaman yang tidak bisa dibendung lagi dan propaganda dari dunia barat tentang persamaan gender yang didengung-dengunkan ternyata banyak merusak pemikiran wanita muslimah. Diantara mereka tidak sedikit pula yang telah tertipu dan mengekor dengan pemikiran tersebut.
Ada pula yang terpengaruh dengan dalih emansipasi atau kesemarataan posisi dan tanggung jawab yang sama antara pria dan wanita terus disemarakkan dipanggung moderenisasi baik didunia massa maupun didunia nyata. ini merupakan suatu peluang dan jembatan emas bagi musuh-musuh islam untuk meracuni kaum muslimah, dan juga banyak dari kaum feminis dan aktivis perempuan anti islam menyebarkan opini-opini sesat yang tiada henti-hentinya menyerang kehormatan wanita muslimah. Dikesankan wanita-wanita muslimah yang menjaga kehormatannya dan kesuciannya dengan  mengurus rumah tangga serta tinggal dirumah adalah wanita pengangguran dan keterbelakangan. Menutup aurat dengan hijab menurut mereka adalah sebagai tindakan jumud (kaku), ekstrim, teroris dan sesuatu yang menghambat kemajuan budaya. sehingga teropinikan wanita muslimah itu tak lebih dari sekedar calon ibu rumah tangga yang tahunya hanya dapur, sumur, dan kasur. Oleh karena itu agar wanita bisa maju dan modern mereka mendorong wanita untuk direposisi ke ruang publik yang seluas-luasnya untuk bebas berkarya, berkomunikasi dan berinteraksi dengan cara apa pun seperti halnya kaum lelaki di masa modern ini.
Jika dilihat secara hakiki peran wanita dalam rumah tangga telah diatur dan dijelaskan dengan sanggat baik dalam Al-qur`an sehingga dapat meninggikan martabat wanita itu sendiri. Keluarga merupakan pondasi dasar penyebaran islam. Dari keluarga lah, muncul pemimpin-pemimpin yang berjihad di jalan Allah, dan akan datang bibit-bibit yang akan berjuang meninggikan kalimat-kalimat Allah. Dan peran terbesar dalam hal tersebut adalah kaum wanita.
peran wanita pertama kali dimuali dari peran ia di rumah tangga dan keluarga sebagai istri, Ketika seorang laki-laki merasa kesulitan, maka sang istri lah orang yang pertama yang bisa membantunya. Ketika seorang laki-laki mengalami kegundahan, sang istri lah orang pertama yang dapat menenangkannya. Dan ketika sang laki-laki mengalami keterpurukan, sang istri lah orang pertama yang dapat menyemangatinya.
Istri bagi suami merupakan bagian dari tubuhnya secara bathin yang tidak mungkin bisa dipisahkan. Hubungan keduanya diibaratkan sebagai sistem yang saling terhubung. Jika salah satu sistem itu rusak maka akan berdampak bagi seluruh sistem lainnya. Begitu pula dengan suami jika seorang istri merasa tidak peduli dan acuh terhadap kesulitan suaminya maka suami tidak akan mampu bangkit dari keterpurukan yang ia hadapi. Sungguh, tidak ada yang mempunyai pengaruh terbesar bagi seorang suami melainkan sang istri yang dicintainya.
Mengenai hal ini, contohlah apa yang dilakukan oleh teladan kaum Muslimah, Khadijah Radiyallahu anha ibu kaum muslimin dalam mendampingi Rasulullah di masa awal kenabiannya. Ketika Rasulullah merasa ketakutan terhadap wahyu yang diberikan kepadanya, dan merasa kesulitan. Khadijah isteri Rasulullah juga telah memberikan andil besar dalam menenangkan rasa takut Rasulullah ketika beliau didatangi malaikat Jibril membawa wahyu yang pertama kalinya di goa Hira’. Nabi pulang ke rumah dengan gemetar dan hampir pingsan, lalu berkata kepada Khadijah, “Selimuti aku, selimuti aku! Sungguh aku khawatir dengan diriku.” Demi melihat Nabi yang demikian itu, Khadijah berkata kepada beliau, “Tenanglah. Sungguh, demi Allah, sekali-kali Dia tidak akan menghinakan dirimu. Engkau adalah orang yang senantiasa menyambung tali silaturahim, senantiasa berkata jujur, tahan dengan penderitaan, mengerjakan apa yang belum pernah dilakukan orang lain, menolong yang lemah dan membela kebenaran.”(HR. Bukhari, Kitab Bad’ al-Wahyi no. 3, dan Muslim, Kitab al-Iman no. 160).
Lihatlah bagaimana peran khadijah dalam menenangkan kekasihnya saat mengalami ketakutan, kegelisahan, serta kegundahan, ia tidak membiarkan suaminya merasakan kesengsaraan dan mencoba menenangkan serta mengibur rasulullah tatkala rasul benar-benar sedang mengalami kesulitan. Begitulah semestinya yang harus dilakukan oleh wanita zaman sekarang ini tatkala suaminya mengalami kesulitan dalam mencari rezeki maka ia berusaha untuk menguatkan dan menghibur suaminya, bukan malah membuat suami berputus asa dan mempersulitnya.
Tidak ada yang diinginkan bagi seorang suami melainkan seorang istri yang dapat menerimanya apa adanya, percaya dan yakin kepadanya dan selalu membantunya ketika sulitnya. Inilah peran yang seharusnya dilakukan bagi seorang wanita. Menjadi seorang pemimpin bukanlah hal yang perlu dilakukan wanita, akan tetapi menjadi pendamping seorang pemimpin (pemimpin rumah tangga atau lainnya) yang dapat membantu, mengarahkan dan menenangkan adalah hal yang sangat mulia jika di dalamnya berisi ketaatan kepada Allah Ta’ala.
Selain itu peran wanita juga sebagai seorang ibu, Tidak ada kemulian terbesar yang diberikan Allah bagi seorang wanita, melainkan perannya menjadi seorang Ibu. Bahkan Rasulullah pun bersabda ketika ditanya oleh seseorang: “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak untuk kuperlakukan dengan baik? Beliau berkata, Ibumu. Laki-laki itu kembali bertanya, Kemudian siapa?”, tanya laki-laki itu. Ibumu. Laki-laki itu bertanya lagi, Kemudian siapa?, tanya laki-laki itu. Ibumu, Kemudian siapa? tanyanya lagi. Kemudian ayahmu, jawab beliau.” (HR. Al-Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 6447)
Begitulah islam menempatkan posisi wanita yang sangat mulia.jika kita lihat di dalam keluarga dan di dalam rumah, ibulah yang mempunyai waktu yang banyak untuk anak-anaknya. Di rumah ia mendidik dan merawat anaknya dengan penuh kasih dan sayang, sehingga dari didikannya mempunyai pengaruh yang cukup besar terkadap perkembangan anaknya. Seorang ibu merupakan sosok yang senantiasa diharapkan kehadirannya bagi anak-anaknya. Seorang ibu dapat menjadikan anak-anaknya menjadi orang yang baik sebagaimana seorang ibu bisa menjadikan anaknya menjadi orang yang jahat. Baik buruknya seorang anak, dapat dipengaruhi oleh baik atau tidaknya seorang ibu yang menjadi panutan anak-anaknya.
Pernahkah kita membaca kisah-kisah kepahlawanan atau kemulian seseorang? Siapakah sosok di dalam keberhasilan mereka menjadi seorang yang pemberani, ahli ilmu, pemimpin, ulama,  atau orang yang sukses lainnya? Tidak lain adalah seorang ibu yang membimbingnya.
Seperti kisah seorang shahabiyah, yang sangat taat kepada perintah Allah dan rasulnya. Khansa ketika melepaskan keempat anaknya ke medan jihad. Berikut perkataanya: “Wahai anak-anakku, kalian telah masuk islam dengan sukarela dan telah hijrah berdasarkan keinginan kalian. Demi Allah yang tidak ada tuhan selain Dia, sesungguhnya kalian adalah putra dari ayah yang sama dan dari ibu yang sama, nasab kalian tidak berbeda. Ketahuilah bahwa seseungguhnya akhirat itu lebih baik dari dunia yang fana. Bersabarlah, tabahlah dan teguhkanlah hati kalian serta bertaqwalah kepada Allah agar kalian beruntung. Jika kalian menemui peperangan, maka masuklah ke dalam kancah peperangan itu dan raihlah kemenangan dan kemuliaan di alam yang kekal dan penuh kenikmatan”
Keesokan harinya, masuklah keempat anak tersebut dalam medan pertempuran dengan hati yang masih ragu-ragu, lalu salah seorang dari mereka mengingatkan saudara-saudaranya akan wasiat yang disampaikan oleh ibu mereka. Mereka pun bertempur bagaikan singa dan menyerbu bagaikan anak panah dengan gagah berani dan tidak pernah surut setapak pun hingga mereka memperoleh syahadah fii sabilillah satu per satu. (Sirah Shahabiyah hal 742, Pustaka As-Sunnah)
Lihatlah bagaimana iman seorang khansa yang rela ditinggalkan oleh anaknya serta suaminya demi membela agama ini. dari kisah ini kita dapat mengambil pelajaran yang sangat banyak bagaimana pengorbanan dan keteguhan iman yag dimiliki wanita muslimah. Iman yang dimilki seorang muslimah itu haruslah seperti iman baja yang kokoh, bukan seperti iman kerupuk yang sekali diketuk langsung pecah.
Ketahuilah, banyak dikalangan orang-orang besar, bahkan sebagian para imam dan ahli ilmu merupakan orang-orang yatim, yang hanya dibesarkan oleh seorang ibu. Dan lihatlah hasil yang di dapatkannya. Mereka berkembang menjadi seorang ahli ilmu dan para imam kaum muslimin. Sebut saja, Imam Syafi’I, Imam Ahmad, Al-Bukhori dan lainnya adalah para ulama yang dibesarkan hanya dari seorang ibu. Karena kasih sayang, pendidikan yang baik dan doa dari seorang ibu merupakan kekuatan yang dapat menyemangati anak-anak mereka dalam kebaikan.
Kisah lainnya juga datang dari seorang imam besar shalat di Masjidil Haram yang sangat terkenal akan ilmu dan kefasihannya dalam melantunkan ayat suci Al-qur`an yaitu Asy-Syaikh Sudais, sebelum ia menjadi sosok yang sangat dikagumi oleh banyak orang dahulu ketika masih kecil, ia seorang anak yang nakal, tetapi karena kesabaran dan doa dari ibu beliau telah berhasil membuat beliau berubah menjadi seorang sosok yang luar biasa yang dikenal oleh dunia. Asy-Syaikh Sudais memilki seorang ibu yang terus menerus memotivasinya untuk menjadi imam masjidil haram, telah membuat tekadnya kecil menjadi besar dan membuatnya bersemangat untuk menghafalkan quran dan selalu berusaha agar keinginannya dan keinginan ibunya tercapai untuk menjadi Imam Masjidil Haram.
Ini adalah segelintir kisah-kisah yang mengagumkan akan pengaruh yang amat besar dari seorang ibu dan peran ibu dalam menentukan keberhasilan anaknya di dunia maupun di akhirat, dan masih banyak kisah-kisah lainnya yang dapat kita ambil pelajaran.
Wanita disamping perannya dalam keluarga, ia juga bisa mempunyai peran lainnya di dalam masyarakat dan Negara. Jika ia adalah seorang yang ahli dalam ilmu agama, maka wajib baginya untuk mendakwahkan apa yang ia ketahui kepada kaum wanita lainnya. Jika ia tidak bisa melakukan melalui mimbar, maka di zaman moderen ini yang mana informasi sangat mudah tersebar maka bisa dengan berdakwah melalui tulisan atau disebut deng dakwah bil kalam yang tentunya memeberikan pengaruh bagi siapa saja yang membacanya. Begitu pula jika ia merupakan seorang yang ahli dalam bidang tertentu, maka ia bisa mempunyai andil dalam urusan tersebut namun dengan batasan-batasan yang telah disyariatkan dan tentunya setelah kewajibannya sebagai ibu rumah tangga telah terpenuhi.
Banyak hal yang bisa dilakukan kaum wanita dalam masyarakat dan Negara, dan ia punya perannya masing-masing yang tentunya berbeda dengan kaum laki-laki. Hal ini sebagaimana yang dilakukan para shahabiyah nabi. Pada jaman nabi, para shahabiyah biasa menjadi perawat ketika terjadi peperangan, atau sekedar menjadi penyemangat kaum muslimin, walaupun tidak sedikit pula dari mereka yang juga ikut berjuang berperang menggunakan senjata untuk mendapatkan syahadah fii sabilillah, seperti Shahabiyah Ummu Imarah yang berjuang melindungi Rasulullah dalam peperangan. Sehingga dalam hal ini, peran wanita adalah sebagai penopang dan sandaran kaum laki-laki dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
Selain itu wanita juga bisa membantu peran suami dengan mencari nafkah, meskipun ia tidak berada diluar rumah, ia bisa menjalankan sebuah bisnis di dalam rumahnya, di zaman moderen ini kita pasti mengenal istilah bisnis online, yang tentunya sangat praktis dan mudah, dengan hanya memesan dari sosial media apa yang kita inginkan dalam hitungan menit keinginan tersebut bisa tercapai. Sehingga kemudahan yang ditawarkan ini bisa dimanfaatkan oleh kaum wanita untuk membantu ekonomi dan pemasukan dalam rumah tangga.
Jika kita melihat akan keutamaan-keutamaan yang diberikan Allah untuk kaum wanita, maka jelaslah bahwa wanita merupakan tumpuan dasar kemuliaan di dalam rumah tangga, masyarakat bahkan Negara. Masyarakat atau Negara yang baik dapat terlihat dari baiknya perempuan di dalam Negara tersebut dan begitupun sebaliknya. Karenanya, peran wanita baik dalam keluarga atau masyarakat merupakan peran yang sangat agung yang tidak sepantasnya kaum wanita untuk menyepelekannya.
Persamaan gender yang didengungkan oleh kaum barat, tidak lain adalah untuk menghancurkan pondasi keislaman seorang muslimah, sehingga ia meninggalkan kewajibannya sebagai seorang wanita. Sepatutnya kita sebagai seorang muslimah harus bangga dengan apa yang kita dapattkan dan tugaskan dalam menjalankan peran kita sebagai istri dan ibu dalam rumah tangga. Ingatlah, Pemimpin-pemimpin yang adil dan generasi-generasi yang baik akan muncul seiring dengan baiknya kaum wanita pada waktu tersebut.